Senin, 20 Juni 2011

PARE






II. TINJAUAN PUSTAKA
A.  TANAMAN PARE
1. SISTEMATIKA
Berdasarkan Tjitrosoepomo (1988) tanaman pare dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi     : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas      : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo      : Violales
Famili     : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus    : Momordica
Spesies   : Momordica charantia L.


2. BOTANI
Tanaman pare adalah tanaman herba semusim, yang hidupnya menjalar atau merambat, dengan sulur berbentuk spiral. Daunnya tunggal, berbulu, berbentuk lekuk tangan atau menjari, dan bertangkai sepanjang 10 cm. Bunganya berwarna kuning-muda. Batangnya masif mempunyai rusuk lima, berbulu agak kasar ketika masih muda, namun setelah tua gundul, warna hijau. Buahnya buni, berbintil-bintil, bulat telur memanjang, warna hijau, kuning sampai jingga, dan rasanya pahit. Biji keras, warna cokelat kekuningan. (Dilla, 2008)
Tanaman pare, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai berlekuk menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras. (Sianturi, 2008)
Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu pare gajih, pare kodok dan pare hutan. Pare gajih berdaging tebal, warnanya hijau muda atau keputihan, bentuknya besar dan panjang dan rasanya tidak begitu pahit. Pare kodok buahnya bulat pendek, rasanya pahit


3. SYARAT TUMBUH
            Pare adalah tanaman yang tumbuh di daerah tropis,  pare tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. (Dalimartha, 2002)
            Tanaman pare mempunyai daya adaptasi tumbuh yang cukup tinggi sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap iklim yang berlainan baik suhu dan curah hujan yang tinggi, dapat hijau sepanjang tahun dan tidak tergantung musim, membutuhkan drainase tanah yang cukup baik, memerlukan tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organik, untuk tumbuh memerlukan PH optimal antara 5 – 6, tumbuh di ketinggian antara 1 meter hingga 1500 meter dpl.






B.  PENYAKIT TANAMAN
1. GEJALA SERANGAN
            Gejala yang terlihat dari tanaman pare yang terserang penyakit adalah dengan adanya bintik-bintik atau mosaik pada daun, daunnya mengguning, pertumbuhan lambat, serta bunga distorsi. Penyakit yang menyerang adalah virus mosaik ketimun atau cucumber mosaic virus (CMV).
           

2. CUCUMBER MOSAIC VIRUS (CMV)
Virus Mosaik Ketimun (CMV) adalah tanaman virus patogen dalam keluarga Bromoviridae. Ini adalah anggota jenis virus tanaman genus, Cucumovirus. Virus ini memiliki distribusi di seluruh dunia dan berbagai host yang sangat berbahaya. Bahkan memiliki reputasi memiliki kisaran inang terluas virus tanaman diketahui (191 host dalam 40 keluarga). Hal ini dapat ditularkan dari tanaman ke tanaman baik secara mekanis dengan getah dan kutu daun secara stylet-ditanggung. Hal ini juga bisa ditularkan pada bibit dan oleh gulma parasit, sp Cuscuta.
CMV menunjukkan gejala pada daun yang dikenal sebagai efek "tali sepatu" untuk spesies inang kebanyakan. Efek ini menyebabkan daun muda untuk tampil sempit dan seluruh pabrik menjadi terhambat.
Secara spesifik CMV dapat menyebabkan pare untuk mengubah pucat dan bergelombang. Daun tanaman ini giliran mosaik dan sifat berkerut mereka sering berubah, membuat daun berkerut dan misshapened. Pertumbuhan tanaman ini biasanya kerdil dan menghasilkan beberapa bunga. Seringkali buah pare yang berbentuk aneh dan tampak abu-abu.
Virus ini mudah menyebar melalui budidaya dan bahkan menyentuh tanaman sehat setelah menyentuh tanaman terinfeksi. Namun CMV kurang stabil dari virus seperti TMV dan karena itu tidak mudah menyebar oleh manusia.  Virus ini, seperti yang disebarkan oleh kutu daun, memiliki jangka perolehan lima - sepuluh detik dan periode inokulasi sekitar satu menit. Namun setelah dua menit kemungkinan inokulasi sebagian besar menurun dan dalam waktu dua jam tidak lagi dapat disebarkan oleh vektor tertentu. Virus ini tidak persisten dan stylet ditanggung.. CMV dilakukan oleh 60 - 80 spesies yang berbeda dari kutu daun dan juga dapat ditularkan oleh biji. (Sianturi, 2008)

3. PENGENDALIAN
Tidak ada bahan kimia dapat menyembuhkan tanaman dari infeksi virus ini atau yang lain. langkah-langkah Control untuk semua virus tanaman termasuk pencegahan dan yang sempurna untuk virus ini. Namun menghilangkan gulma dan tanaman berpenyakit dari bidang dapat mengurangi kemungkinan infeksi. Memelihara alat-alat yang bersih dan disterilkan, mesin dan tangan dapat membantu. (Sianturi, 2008)
Penggunaan varietas tahan merupakan cara lain beberapa petani mengendalikan penyebaran virus. Banyak menggunakan " perangkap tanaman "metode. Dalam metode ini petani menanam varietas tahan di sekeliling ladang mereka dan menempatkan tanaman rentan di tengah. Tujuan mereka adalah bahwa afid membawa penyakit pertama akan mendarat di varietas tahan dan pada saat mereka telah dimakan dalam perjalanan mereka ke varietas rentan mereka tidak lagi membawa virus. Tanaman petani juga sering semprot minyak mineral pada tanaman mereka sebagai kutu daun tidak suka minyak mineral. Petani telah menemukan bahwa penggunaan bahan kimia dan insektisida untuk mengendalikan kutu daun bukan cara yang praktis atau efisien untuk mengontrol penyebaran penyakit. Penggunaan insektisida tidak terlalu berhasil karena kutu daun menjadi kesal dan karena itu melompat dari tanaman ke tanaman dalam upaya untuk menghindari insektisida, kemudian menginfeksi tanaman sehat karena dan inokulasi waktu akuisisi yang sangat pendek.
            Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga), menyeleksi bibit yang akan di pindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan pratikum ini dilaksanakan di Lahan Praktikum Jurusan Hama dan penyakit Tumbuhan Universitas Sriwijaya pada bulan Maret-Mei 2011.

B. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan: 1 varietas benih
Alat-alat yang digunakan: cangkul, sekop, arit, polibek, dan kamera.
C. CARA KERJA
1. Penyiapan benih. Benih yang akan ditanam dilahan disemai didalam polibek.    
2. Pengolahan Lahan
·         Lahan yang akan dipakai terlebih dahulu dibersihkan dari gulma.
·         Melakukan pengemburan tanah / pembalikan tanah agar patogen yang ada didalam tanah terangkat keatas permukaan tanah.
·         Pembuatan guludan dan parit yang sesuai dengan kondisi lahan.
·         Lahan didiamkan selama seminggu.
1.    Penanaman
·         Buat lubang di guludan dengan ukuran 10x10x20
·         Masukan tanaman pare yang sudah disemai ke dalam lubang.
·         Tutup lubang dan tanaman disiram.
4. Pemeliharaan
·         Tanaman disiram setiap hari dan lakukan penyiangan sesering mungkin untuk membasmi gulma
·         Lakukan penggemburan tanah agara tanah tidak padat.
·         Beri penyanggah seperti kayu untuk tanaman pare yang mulai menjalar.
5. Lakukan pengamatan terhadap tanaman pare yang terserang penyakit dan hitung intensitas kerusakannya.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. TABEL PENGAMATAN

TANAMAN
KERUSAKAN (P)
% INTENSITAS SERANGAN (I)
1
22,2 %
13,8 %
2
10,2 %
6,4 %
3
44,4 %
23,6 %
4
7,8 %
3,9 %
5
16,1 %
10,4 %
6
18,7 %
                    13 %
7
10,5 %
3,9 %
8
9,09 %
7,5 %
9
15 %
6,25 %
10
13,8 %
6,03 %

 
1.      PEMBAHASAN

Tanaman pare adalah tanaman herba semusim yang banyak tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini hidupnya menjalar atau merambat, dengan sulur berbentuk spiral. Daunnya tunggal, berbulu, berbentuk lekuk tangan atau menjari, dan bertangkai sepanjang 10 cm. Bunganya berwarna kuning-muda. Batangnya masif mempunyai rusuk lima, berbulu agak kasar ketika masih muda, namun setelah tua gundul, warna hijau. Buahnya buni, berbintil-bintil, bulat telur memanjang, warna hijau, kuning sampai jingga, dan rasanya pahit. Biji keras, warna cokelat kekuningan.
Tanaman pare yang di tanaman di lahan dasar- dasar perlindungan Tanaman pada awalnya benih langsung ditanam dilahan, namun dari 70 tanaman yang ditanam hanya 8 tanaman yang tumbuh. Hal ini disebabkan karena cuaca yang terlalu panas, jarang disiram dan gulma yang banyak. Pada akhirnya kami menyemai tanaman pare sebelum ditanamkan di lahan. Setelah tanaman dipindahkan ke lahan, ada beberapa tanaman yang mati karena layu dan kering. Tanaman pare yang mati disulam kembali.
Berdasarkan pengamatan, tanaman yang dilahan terserang hama dan penyakit. Gejala terserang hama yang ditunjukkan oleh tanaman adalah adanya bolongan-bolongan di daun pare dan gerekkan di batang pare. Sedangkan tanaman pare yang terserang penyakit menimbulkan dua gejala kerusakan, yaitu gejala kerusakan mutlak dan gejala serangan bervariasi. Gejala kerusakan mutlak adalah gejala rusaknya secara mutlak dari tanaman, atau bagian tanaman, batang, mulai, daun, dan gejala kerusakan bervariasi adalah gejala rusaknya tanaman atau bagian tanaman seperti daun. Gejala serangan penyakit  yang ditunjukkan oleh tanaman pare yang ditanam adalah adanya mosaik pada daun pare, daunnya menguning, pucat, daun mengeriting,  bintik-bintik, pertumbuhannya lambat dan daun yang mudah gugur.
Gejala tersebut menunjukkan bahwa tanaman pare terserang oleh virus, yaitu virus mosaik kecambah (CMV). Virus ini, dapat disebarkan disebarkan oleh kutu daun, memiliki jangka perolehan lima - sepuluh detik dan periode inokulasi sekitar satu menit. Namun setelah dua menit kemungkinan inokulasi sebagian besar menurun dan dalam waktu dua jam tidak lagi dapat disebarkan oleh vektor tertentu. Virus ini tidak persisten dan stylet ditanggung.. CMV dilakukan oleh 60 - 80 spesies yang berbeda dari kutu daun dan juga dapat ditularkan oleh biji.
           
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, tingkat penyakit tanaman terhadap tanaman yang diamati adalah:
1.    Pada tanaman 1, kerusakan mutlak adalah sebesar 22,2 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 13,8 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  rendah.
2.    Pada tanaman 2, kerusakan mutlak adalah sebesar 10,2 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 6,4 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  rendah.
3.    Pada tanaman 3, kerusakan mutlak adalah sebesar 44,4 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 23,6 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  rendah.
4.    Pada tanaman 4, kerusakan mutlak adalah sebesar 7,8 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 3,9 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  rendah.
5.    Pada tanaman 5, kerusakan mutlak adalah sebesar 16,1 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 10,4 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  rendah.
6.    Pada tanaman 6, kerusakan mutlak adalah sebesar 18,7 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 13,2 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  rendah.
7.    Pada tanaman 7, kerusakan mutlak adalah sebesar 10,5 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 3,9 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  rendah.
8.    Pada tanaman 8, kerusakan mutlak adalah sebesar 9,09 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 7,5 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  rendah.
9.    Pada tanaman 9, kerusakan mutlak adalah sebesar 15 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 6,25 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  cukup tinggi.
10.    Pada tanaman 10, kerusakan mutlak adalah sebesar 13,8 % dan kerusakan bervariasi adalah sebesar 6,03 %, hal ini menunjukkan bahwa tanaman 1 telah mengalami kerusakan yang  cukup tinggi.
     Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa serangan penyakit tidak terlalu parah, tidak terlalu menimbulkan dampak kerugian yang terlalu besar, dan masih dapat dikendalikan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit CMV terhadap tanaman pare tidak mencapai 50 %.
Untuk menghindari penyakit ini, hal yang dapat dilakukan adalah menggunakan varietas tahan penyakit, menghilangkan gulma dan tanaman berpenyakit dari bidang dapat mengurangi kemungkinan infeksi. Memelihara alat-alat yang bersih dan disterilkan, mesin dan tangan dapat membantu.
            Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga), menyeleksi bibit yang akan di pindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang.















V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
·         Tanaman pare (Momordica charabtia) merupakan tanaman sayuran buah yang memiliki khasiat yang cukup banyak bagi kesehatan manusia.
·         Pare adalah tanaman yang tumbuh di daerah tropis,  pare tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya.

1 komentar: